Minggu, 05 Agustus 2012

BAGAIMANA Penggunaan Madu Sebagai Perawatan Luka??

Penggunaan madu sebagai bahan perawatan luka, sebagai suatu pengobatan kuno yang ditemukan kembali dan hal itu meningkatkan ketertarikan terhadap madu, dan banyak laporan tentang keefektifannya yang sudah dipubikasikan.  Hasil temuan klinis didapatkan bahwa infeksi dapat sembuh lebih cepat, inflamasi “swelhing” dan nyeri dapat segera dikurangi odouer terkurang, slousghing, jaringan nekrotik dapat induced, granulasi dan epitelisasi di hastened dan proses menyembuhkan luka dapat dipercepat dengan pembentukan jaringan scar yang minimal.
Asam anti microbial dalam madu mencegah pertumbuhan mikroba pada luka yang lembab (basah).  Tidak seperti antiseptic tropical lainnya, madu tidak menyebabkan kerusakan jaringan.  Studi yang dilakukan terhadap binatang percobaan didapatkan hasil bahwa secara histology madu dapat meningkatkan proses penyembuhan luka.  Hal itu adalah efek langsung nutrient yang “drowing limple out” dari sel dengan mekanisme osmosis.  Stimulasi proses penyembuhan juga disebabkan oleh asiditas/keasaman dari nadi itu sendiri.  Osmosis menyebabkan cairan madu yang kontak denganpermukaan luka dapt mencegah “dressing sticking” sehingga tidak terasa nyeri atau terjadi kerusakan jaringan ketika dressing diganti.  Begitu banyak bukti-bukti yang mnedukung penggunaan madu, dan dari hasil penelitian dengan teknik randomized controlled clinical trialmenunjukkan bahwa ternyata madu lebih efektif dari pada silver sulva diazine dan poly urethane film (opsiteR)  untuk menyembuhkan lika bakar.

PENDAHULUAN
Pada tahun 1985 editorial di Jurnal of Royal Society of  Medicine mengemukakan sebuah opini “Pengobatan terapeutik mungkin bisa tidak terkontaminasi. Madu murni dapat digunakan untuk hal tersebut”.  Madu tersedia di berbagai komunitas walaupun mekanisme dari beberapa bahan dapat bermanfaat dan membutuhkan investigasi lebih lanjut, dan sekarang sudah waktunya membuka wacana bagi pengobatan tradisional. 
Kebanyakan referensi melaporkan madu sebagai dressing luka.  Masyarakat kuno menggunakan madu untuk pengobatan luka tetapi hanya sedikir gambaran yang didapat, begitu pula dengan bukti klinisnya.  Dari beberapa literature melaporkanbahwa dewasa ini telah ditemukan kembali pengobatan dengan madu.  Sejalan dengan ketertarikan pengobatan alternative terutama sekali terhadap perkembangan dari resistensi bakteri terhadap antibiotik dan juga karena adanya peningkatan madu untuk dressing luka saat ini.  Hal itu menjadi kesadaran bagi para klinisi dan peneliti untuk meneliti lebih lanjut dan mempublikasikan madu sebagai dressing luka.

PERTINENT:
Akhir-akhir ini bahwa madu efektif untuk dressing luka yang mana luka tersebut tidak berespon terhadap terapi konvensional.  Banyak laporan yang menyatakan tentang keefektifan madu sebagai dressing luka yang terinfeksi ditambahkan sebagai bagian dari obat anti bacterial.  Tetapi dalam literature yang dipublikasikan lebih luas, dari studi infitro didapatkan madu mempunyai aktifitas sebagai anti bakterial yang signifikan tetapi tidak dijelaskan dalam artikel ini secara komprehensif.  Akan tetapi sebagai catatan dijelaskan kepada pembaca mengenai median level dari aktivitas antibacterial madu yang dapat menghambat secara kompleks species bacteri penyebab umum infeksi luka dengan konsentrasi 1,8% - 11% (v/v) dan mengelompokkan (collection) strain MRSA pada konsentrasi 1% - 4% (v/v).

APLIKASI PENGGUNAAN MADU
Salah satu prosedurnya adalah sebagai berikut:           
1.      Luka dibersihkan jika terdapat abses luka dan drainage pus dan nekrotomi jaringan nekrotik sebelum dilakukan dressing luka dengan madu.  
2.      Selain itu dapat digunakan prosedur rigorous cleancing: bersihkan luka dengan sikat gigi dan lanjutkan dengan pemberian hydrogen peroksida saline rinse, betadin dan saline rinse lainnya; dicairkan hidrogen perokside pada luka dan alkohol disekitar kulit, atau juga luka dapat dibersihkan dengan eusol atau akueus 1% chlorhexidine.  Kebanyakan sebelum luka dibersihkan, luka dicuci dengan saline sebelum diobati dengan madu, dan ketika dressing diganti.
Banyak juga laporan yang menyatakan madu dioleskan menyeluruh menutupi  luka dengan dressing kering, moustly gauze.  Jumlah madu yang digunakan bervariasi;
1.      Lapisan tipis madu (hasil relatif jelas): 
2.      lapisan tipis madu dengan pemberian 2-3 kali/hari
3.      Memberikan madu diseluruh permukaan luka sampai diluar luka.
4.      Thick layer honey.
5.      soaking the wound generously honey
6.      Mengoleskan madu pada luka sampai ¾ isi luka.
7.      Memberikan 15-30 ml madu pada luka ulcer.
Selain itu pemberian madu diberikan untuk dressing kemudian ditempatkan pada  luka.  Madu akan menyebar dipermukaan luka (gauze) atau soaked madu.  Madu impregnated gause dapat digunakan untuk pack cavities of wounds.  Setelah luka terbungkus maka luka akan terbungkus.  Pada ulcerasi servik proses penyembuhan luka dapat dilakukan dengan memasukkan 85 ml madu ke dalam vagina dan tahan ditempat tersenut dengan tampon selama 3 hari.
Kebanyakan dressing luka dilakukan setiap hari atau 2 hari sekali atau 2-3 hari sekali.  Hasil penelitian menyatakan bahwa dressing dilakukan 1 hari atau lebih tergantung dari kebutuhan agar luka tampat bersih dan kering.  Laporan lain menyebutkan bahwa dressing diganti 1 atau 2 kali sehari sampai luka bersih dan terjadi granulasi, kemudian dressing sehari sekali dapar dibanti.  Laooran lain menyatakan penggantian dressing madi dilakukan sehari dua kali  dan dilakukuan 3 kali sehari jika luka terkontaminasi dengan urine atau feses.
Beberapa laporan menyatakan bahwa campuran antara lipid dan madu ternyata lebih mudah menyebar di permukaan luka, selain lipid dengan menggunakan castor oil atau 20% vaselin. Pemanasan yang berlebihan terhadap madu mendukung dihindari karena glukosa oxidase ensyme pada madu akan memproduksi hidrogen peroxidase, komponen utama dari antibacterial sangat rentan terhadap panas dan menjadi tidak aktif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar