Penggunaan
madu sebagai bahan perawatan luka, sebagai suatu pengobatan kuno yang ditemukan
kembali dan hal itu meningkatkan ketertarikan terhadap madu, dan banyak laporan
tentang keefektifannya yang sudah dipubikasikan. Hasil temuan klinis didapatkan bahwa infeksi
dapat sembuh lebih cepat, inflamasi “swelhing” dan nyeri dapat segera dikurangi
odouer terkurang, slousghing, jaringan nekrotik dapat induced,
granulasi dan epitelisasi di hastened dan proses menyembuhkan luka dapat
dipercepat dengan pembentukan jaringan scar yang minimal.
Asam anti
microbial dalam madu mencegah pertumbuhan mikroba pada luka yang lembab
(basah). Tidak seperti antiseptic
tropical lainnya, madu tidak menyebabkan kerusakan jaringan. Studi yang dilakukan terhadap binatang
percobaan didapatkan hasil bahwa secara histology madu dapat meningkatkan
proses penyembuhan luka. Hal itu adalah
efek langsung nutrient yang “drowing limple out” dari sel dengan mekanisme
osmosis. Stimulasi proses penyembuhan
juga disebabkan oleh asiditas/keasaman dari nadi itu sendiri. Osmosis menyebabkan cairan madu yang kontak
denganpermukaan luka dapt mencegah “dressing sticking” sehingga tidak terasa
nyeri atau terjadi kerusakan jaringan ketika dressing diganti. Begitu banyak bukti-bukti yang mnedukung
penggunaan madu, dan dari hasil penelitian dengan teknik randomized controlled
clinical trialmenunjukkan bahwa ternyata madu lebih efektif dari pada silver
sulva diazine dan poly urethane film (opsiteR) untuk menyembuhkan lika bakar.
PENDAHULUAN
Pada tahun
1985 editorial di Jurnal of Royal Society of
Medicine mengemukakan sebuah opini “Pengobatan terapeutik mungkin bisa
tidak terkontaminasi. Madu murni dapat digunakan untuk hal tersebut”. Madu tersedia di berbagai komunitas walaupun
mekanisme dari beberapa bahan dapat bermanfaat dan membutuhkan investigasi
lebih lanjut, dan sekarang sudah waktunya membuka wacana bagi pengobatan
tradisional.
Kebanyakan
referensi melaporkan madu sebagai dressing luka. Masyarakat kuno menggunakan madu untuk
pengobatan luka tetapi hanya sedikir gambaran yang didapat, begitu pula dengan
bukti klinisnya. Dari beberapa
literature melaporkanbahwa dewasa ini telah ditemukan kembali pengobatan dengan
madu. Sejalan dengan ketertarikan
pengobatan alternative terutama sekali terhadap perkembangan dari resistensi
bakteri terhadap antibiotik dan juga karena adanya peningkatan madu untuk
dressing luka saat ini. Hal itu menjadi
kesadaran bagi para klinisi dan peneliti untuk meneliti lebih lanjut dan mempublikasikan
madu sebagai dressing luka.
PERTINENT:
Akhir-akhir
ini bahwa madu efektif untuk dressing luka yang mana luka tersebut tidak
berespon terhadap terapi konvensional.
Banyak laporan yang menyatakan tentang keefektifan madu sebagai dressing
luka yang terinfeksi ditambahkan sebagai bagian dari obat anti bacterial. Tetapi dalam literature yang dipublikasikan
lebih luas, dari studi infitro didapatkan madu mempunyai aktifitas sebagai anti
bakterial yang signifikan tetapi tidak dijelaskan dalam artikel ini secara
komprehensif. Akan tetapi sebagai
catatan dijelaskan kepada pembaca mengenai median level dari aktivitas
antibacterial madu yang dapat menghambat secara kompleks species bacteri
penyebab umum infeksi luka dengan konsentrasi 1,8% - 11% (v/v) dan
mengelompokkan (collection) strain MRSA pada konsentrasi 1% - 4% (v/v).
APLIKASI PENGGUNAAN MADU
Salah satu
prosedurnya adalah sebagai berikut:
1.
Luka dibersihkan jika terdapat abses
luka dan drainage pus dan nekrotomi jaringan nekrotik sebelum dilakukan
dressing luka dengan madu.
2.
Selain itu dapat digunakan prosedur
rigorous cleancing: bersihkan luka dengan sikat gigi dan lanjutkan dengan
pemberian hydrogen peroksida saline rinse, betadin dan saline rinse lainnya;
dicairkan hidrogen perokside pada luka dan alkohol disekitar kulit, atau juga
luka dapat dibersihkan dengan eusol atau akueus 1% chlorhexidine. Kebanyakan sebelum luka dibersihkan, luka
dicuci dengan saline sebelum diobati dengan madu, dan ketika dressing diganti.
Banyak juga laporan yang menyatakan madu dioleskan menyeluruh menutupi luka dengan dressing kering, moustly
gauze. Jumlah madu yang digunakan
bervariasi;
1.
Lapisan tipis madu (hasil relatif jelas):
2.
lapisan tipis madu dengan pemberian 2-3 kali/hari
3.
Memberikan madu diseluruh permukaan luka sampai diluar luka.
4.
Thick layer honey.
5.
soaking the wound generously honey
6.
Mengoleskan madu pada luka sampai ¾ isi
luka.
7.
Memberikan 15-30 ml madu pada luka
ulcer.
Selain itu
pemberian madu diberikan untuk dressing kemudian ditempatkan pada luka. Madu akan menyebar
dipermukaan luka (gauze) atau soaked madu.
Madu impregnated gause dapat digunakan untuk pack cavities of wounds. Setelah luka terbungkus maka luka akan
terbungkus. Pada ulcerasi servik proses
penyembuhan luka dapat dilakukan dengan memasukkan 85 ml madu ke dalam vagina
dan tahan ditempat tersenut dengan tampon selama 3 hari.
Kebanyakan dressing luka dilakukan setiap hari atau 2 hari sekali atau 2-3
hari sekali. Hasil penelitian menyatakan
bahwa dressing dilakukan 1 hari atau lebih tergantung dari kebutuhan agar luka
tampat bersih dan kering. Laporan lain
menyebutkan bahwa dressing diganti 1 atau 2 kali sehari sampai luka bersih dan
terjadi granulasi, kemudian dressing sehari sekali dapar dibanti. Laooran lain menyatakan penggantian dressing
madi dilakukan sehari dua kali dan
dilakukuan 3 kali sehari jika luka terkontaminasi dengan urine atau feses.
Beberapa laporan menyatakan bahwa campuran antara lipid dan madu ternyata
lebih mudah menyebar di permukaan luka, selain lipid dengan menggunakan castor
oil atau 20% vaselin. Pemanasan yang berlebihan terhadap madu mendukung
dihindari karena glukosa oxidase ensyme pada madu akan memproduksi hidrogen
peroxidase, komponen utama dari antibacterial sangat rentan terhadap panas dan
menjadi tidak aktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar