Rabu, 08 Agustus 2012

Curigai Saat Hamil Bila Terjadi Ketuban Pecah Dini (KPD)


1.      Pengertian
Ketubanpecahdini (KPD)
Didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan. Pecah selaput KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum 37 minggu maupun aterm.
2.      Etiologi dan Faktor resiko KPD
Pada sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan selama kehamilan. Beberapa factor risiko dari KPD :
1. Inkompetensi serviks (leher rahim).
2. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih).
3. Riwayat KPD sebelumya.
4. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban.
5. Kehamilan kembar.
6. Trauma
3.      Indikasi / Penilaian Klinis :
Penilaian klinis ketuban pecah dini adalah :
v  Tentukan pecahnya selaput ketuban dengan cara :
1)   Adanya cairan ketuban di vagina.
2)   Tes lakmus( nitrazin test) merah menjadi biru.
v  Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan USG.
v  Tentukan ada/tidaknya infeksi, Tanda-tanda infeksi yaitu :
v  Bila suhu ibu lebih dari 38’C.
v  Air ketuban yang keruh dan berbau.
v  Tes LEA ( Lekosit esterase ) lekosit darah lebih dari 15.000 /mm3.
v  Tentukan tanda-tanda Inpartu yaitu :
v  Adanya kontraksi yang teratur.
v  Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan) untuk menilai skor pelvik.
4.      Pengaruh Ketuban Pecah Dini
Adapun pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin adalah :
                 a. Pengaruh terhadap ibu
                          1. Infeksi intapartal
                          2. Infaksi puerperalis
                          3. partus lama
                          4. Perdarahan post partum
                          5. Morbiditas dan mortalitas maternal
                 b. Pengaruh terhadap janin
                          1. Prematuritas
                          2. Infeksi intra uterin
                          3. Prolaps funiculi
                          4. Asfiksia neonatorum
                          5. Morbiditas dan mortalitas maternal

5.      Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang
 Merembes tersebut dapat dilakukan dengan kertas nitrazine, kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH normal dari vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lender leher rahim, dan air seni. Pemeriksaan melalui ultra sonografi (USG) dapat digunakan untuk mengkonfirmasi jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim.
6.      Komplikasi KPD
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayibarulahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
7.      Penanganan Ketuban Pecah di Rumah
a.    Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina, segera hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah Sakit.
b.    Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air yang keluar.
c.    Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah infeksi, jangan berhubungan seksual atau mandi berendam.
d.   Selalu membersihkan dari arah depan kebelakang untuk menghindari infeksi dari dubur.
e.    Jangan coba melakukan pemeriksaan dalam sendiri.

8.      Terapi dan Penanganan KPD
Penanganan KPD sangat ditentukan oleh umur gestasi pada saat keluhan ketuban pecah dan adanya insidensi korioamnionitis dalam lemabaga tempat pasien ditangani.
Hasil akhir dari kemampuan janin untuk hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil. Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam Semakin dini ketuban pecah terjadi maka semakin lama Jarak antara ketuban pecah dengan kontraksi. Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba,
 dokterbiasanyaakanmenginduksipersalinandenganpemberianoksitosin (perangsangkontraksi) dalam 6 hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban. Tetapi jika memang sudah masuk tanggal persalinan dokter tak akan menunggu selama itu untuk member induksi pada ibu, karena menunda induksi bias meningkatkan resiko infeksi.
Apabila paru bayi belum matang dan tidak terdapat infeksi setelah kejadian KPD, maka istirahat dan penundaan kelahiran (bila belum waktunya melahirkan) menggunakan magnesium sulfat dan obat tokolitik. Apabila paru janin sudah matang atau terdapat infeksi setelah kejadian KPD,
 Maka induksi untuk melahirkan mungkin diperlukan. Penggunaan steroid untuk pematangan paru janin masih merupakan kontroversi dalam KPD. Steroid berguna untuk mematangkan paru janin, mengurangi risiko sindrom distress pernapasan pada  janin, serta perdarahan pada otak.
Penggunaan antibiotic pada kasus KPD memiliki 2 alasan.Yang pertama adalah penggunaan antibiotic untuk mencegah infeksi setelah kejadian KPD preterm. Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis bahwa KPD dapat disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm dapat menyebabkan infeksi. Keuntungan didapatkan pada wanita hamil dengan KPD yang mendapatkan antibiotic yaitu, proses kelahiran diperlambat hingga 7 hari, berkurangnya kejadian korioamnionitis serta sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar